Posted by : zTea Senin, 18 April 2016

Gelap! Tidak hanya itu, lebih buruk lagi, aku tidak lagi medengar apapun. Bahkan aku tidak tahu apa sebenarnya aku sudah mati atau belum. Aku tidak melihat apapun. Aku tidak mendengar apapun. Aku tidak merasakan apapun. Aku tidak mecium bau apapun. Lidahkupun begitu. "Aku sudah mati!" tentu saja itu yang kupikirkan. Tapi, hatiku berkata bahwa, "Aku belum mati! Aku..., aku masih hidup!" Ini membingungkan, tapi satu hal, "Mengapa aku masih bisa berpikir? Bukankah mati berarti semua organ tidak lagi berfungsi? Mungkinkah seperti ini rasanya mati?"

Suasana ini, telah berlangsung, berapa lama? Entahlah. Bisakah ini disebut suasana? Tidak, aku tidak tahu. Semuanya terus seperti ini. Sudah berapa lama? Entahlah. Tidak ada yang berubah. Kapan berakhir? Entahlah. Tidak ada hal lain lagi yang harus disampaikan. Entah kapan berakhir, aku tidak tahu.

Suara roda terdengar, seperti bergesekan dengan sesuatu. Setelah sekian lama, walau aku tidak tahu berapa lama, aku bisa merasakan dan mendengarkan detak jantungku. Ini aneh. Lebih aneh lagi, aku mulai merasakan inderaku, terutama pendengaranku. Walaupun tidak begitu jelas aku mendengarkan sesuatu. Suara mesin yang menderu, suara roda yang berjalan. Aku tidak yakin. Tapi, saat ini aku mungkin menaiki suatu kendaraan. Aku mencoba membuka mataku, "Apa ini?" pikirku. Tidak ada apapun, hanya putih. "Kau sudah sadar? Jangan terlalu memaksakan dirimu! Tenang saja, dalam beberapa jam semua akan kembali seperti semula." sebuah suara terdengar.

Pandanganku mulai kembali. Walau masih begitu buram, dan bola mataku belum bisa kugerakkan, aku melihat seorang gadis dengan rambut diikat ekor kuda. "Maaf ya, tapi, aku hanya bisa mengantarmu sejauh ini." katanya. Rupanya ia pemilik suara yang barusan. Suara mesin berhenti berbunyi, "Bruk!" dia mendorongku hingga terjatuh. Suara mesin kembali berbunyi, dan perlahan menjauh. Kemudian, aku kehilangan kesadaranku lagi.

Aku membuka mataku. Langit biru tepat diatasku, dikelilingi dedaunan tumbuhan hijau. Aku bisa menggerakkan bola mataku, tanganku juga mulai bisa kugerakkan, perlahan tapi pasti. Udara sejuk menghampiriku berkali-kali. Suara angin berhembus ditelingaku.

"Jadi, ini akhirat?" tanyaku pada diriku sendiri. "Tapi, bukankah ini seperti hutan biasa?"

Aku memandangi sekeliling, juga keadaanku sekarang. Entah kenapa saat ini aku memakai baju aneh, ya seperti cosplay yang dikenakan gadis waktu itu. Mengingat itu, sekali lagi benakku bertanya, "Mungkinkah ini akhirat?" Di sampingku terletak ransel mencurigakan. Aku membukanya, di dalamnya terletak bola-bola kecil seukuran kelereng, sangat keras tapi ringan. Ada 3 macam warna, merah, biru dan kuning. Masing-masing berjumlah 5 buah. Benda yang paling masuk akal kutemukan. Sebuah buku bersampul warna biru, sangat tebal. Aku mencoba untuk membukanya, tapi, aku tidak bisa.

"Kau siapa?" sebuah suara terdengar. Aku menengok kearah suara tersebut berasal. Anehnya yang kulihat..., aku tidak melihat apapun. "Kau mencariku? Mana mungkin ya, kau kan Zopf biasa. Mana mungkin kau mendengar suaraku. Tapi aneh kenapa kau di Hutan Anfänger?" suaranya terdengar lagi. Sangat dekat, sepertinya didekat pundakku. Bagaimana dia bisa bergerak secepat itu? Tidak ada waktu untuk memikirkan hal itu. Yang perlu kulakukan sekarang adalah menengok. Kau tahu apa yang kulihat? Makhluk aneh, terbang tidak seperti burung, dan dia berbicara layaknya manusia. "Apalagi kalau bukan monster?" suaranya terdengar lagi. Tidak ada waktu untuk berteriak, aku menutup mataku. Berharap semuanya hanya mimpi.

"Tentu saja semua keanehan ini hanya mimpi! Setelah semua yang kualami, aku masih perlu waktu untuk mencerna semuanya!" pikirku. Aku berusaha meyakinkan diriku sendiri dan berusaha untuk tetap tenang. Itulah pelajaran pertama yang kudapat dari ayahku. "Memangnya apa yang kau alami?" suara itu lagi. "Ini urusanku sendiri, aku tidak perlu menjawabnya, aku hanya perlu berpura-pura tidak mendengarnya." batinku menjawabnya.

"Kau aneh! Kau berusaha untuk mengabaikanku, tapi yang terjadi justru sebaliknya!"

"Apa yang dia maksud? Ya, kuakui aku berusaha mengabaikannya. Tunggu..., kenapa dia tahu itu?"

"Tentu saja aku tahu, aku mendengarnya! Dengan sangat jelas!"

"Mendengarnya? Tunggu? Tapi aku tidak mengatakan apapun! Semua ini hanya kata batinku, mulutku tidak pernah mengatakan apapun!"

"Kami para Geist, hanya bisa berkomunikasi dengan Zopf ketika sudah melakukan kontrak. Lebih tepatnya Zopf tidak mengerti ucapan kami, sedangkan kami mengerti ucapan mereka. Tapi kenapa kita bisa berkomunikasi?"

Percakapan singkat kulakukan dengan monster itu. Walaupun tidak bisa disebut dengan percakapan. Seperti yang kuutarakan tadi, aku tidak mengatakan apapun, melainkan hanya dengan ucapanku dalam hati saja. Situasinya semakin membingungkan, pilihan satu-satunya yaitu mencari informasi dari dia. "Aku juga tidak tahu!" kataku. Aku akhirnya membuka mulutku untuk berbicara. Begitu juga dengan mataku, mungkin inilah kenyataan yang harus kuhadapi sekarang. "Mungkin kau tahu sesuatu, kau bisa memberitahuku?"

Aku memberanikan diriku untuk menatapnya. Dia menyebut dirinya Geist, mungkin aku harus menghilangkan kata monster disini. "Nah, bisa kau beritahu segalanya tentang Geist, Zopf, ransel ini, dan dunia ini? Dan kau harus tahu aku ini, manusia! 'MA-NU-SI-A!'" jelasku padanya. "Akan aku jelaskan padamu yang kutahu. Apa itu Geist? Geist ya, seperti aku ini, kami adalah makhluk yang membantu Zopf. Seperti "Familiars" yang membantu majikannya seorang "Penyihir". Perbedaannya, Geist lebih kuat." katanya.

Familiars? Penyihir? Darimana dia tahu hal seperti itu? Mungkinkah? "Apa di dunia ini juga ada penyihir? Kurcaci? Elf?" tanyaku lagi. "Tidak, aku mendengar dongengnya dari ibuku." jawabnya sambil tertawa kecil. "Informasi yang lain tanyakan saja pada ibuku."

"Baiklah ayo temui ibumu!" kataku. Semangatku mulai muncul, mungkin ibunya punya banyak informasi, sebagai kaum tua.

- Copyright © Ztea Miracle - Hatsune Miku - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -