Posted by : zTea Kamis, 07 Agustus 2014

"Apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa kau tidak pernah mengerti apa yang diajarkan gurumu?" bentaknya padaku, aku tahu pasti dia akan melakukan ini. Bukannya aku tida mengerti, aku hanya tidak peduli apa yang mereka katakan, jadi aku tidak mengingatnya. Tapi aku tidak bisa menjawabnya seperti itu, dia akan semakin marah. "Kenapa nilaimu tidak pernah lebih dari dua? Kalau kau bisa mendapat setidaknya empat atau lima aku bisa menaikkanya. Hei! Apa kau mendengarkanku?" lanjutnya lagi.

Pikiranku selalu kabur, aku tidak pernah bisa berkonsentrasi, aku selalu merasa mungkinkah aku mengidap suatu penyakit, suatu penyakit mental atau sebagainya. Aku merasa tempatku mungkin bukan disini.

"Hei, apa kau mendengarku?" dia mengulangi pertanyaan yang sama. Aku mendengarkannya, hanya saja aku tak peduli, pikiranku melayang-layang.

"Sudahlah berikan surat ini pada ayahmu, kalau tidak bisa, ibumu!" katanya sembari memberiku sebuah amplop. Walau dia memberitahuku untuk tidak membacanya, "Aku juga tidak peduli apa isinya." kataku dalam hati. "Sekarang pergi ke kelas! " perintahnya untuk terakhir kali.

Aku meninggalkan ruangan itu. Kutatap langit biru yang terus berwarna biru. "Kenapa warnamu harus biru? Kenapa tidak merah? Layaknya darahku." kataku sambil mencoba meraih langit dengan tanganku.

"Kau tidak apa? Apa suatu masalah terjadi lagi?" kata seorang gadis, mungkin dia teman sekelasku, aku tidak peduli nama dan siapa dia. "Ini bukan masalahmu." Jawabku. Aku tidak tahu harus menjawab apa, aku tidak mau memikirkannya, aku harap ia tidak akan marah.

Seorang gurupun akhirnya masuk. Tiba-tiba bayangan adikku muncul, "Kakak, aku tetap menyayangimu walaupun kau bukan kakak kandungku. Kakak tahu... kita akan mempunyai adik baru." Lalu samar-samar bayangannya tergantikan oleh seorang wanita aku tidak tahu siapa dia. Dia berkata, "Mungkin, kau mau bersamaku? Disini tidak akan ada orang yang membentakmu, ataupun memberitahumu apa yang harus kau lakukan."

"Dia menanyaimu!" bisik Zehr diteligaku, ia bertempat duduk dibelakangku. "Pak, bisa kau ulangi lagi pertanyaanmu, aku tidak mendengarnya." kataku. Aku mencoba untuk tidak panik.

Aku tak tahu apa yang ia tanyakan mungkin suatu yang penting, mungkin tidak. Dia memandangiku dengan kecewa, lalu berkata, "Kau ingat aku? Siapa namaku?" Mungkin dia mengulangnya atau mungkin mengganti pertanyaannya. "Aku tidak ingat." jawabku.

"Kau mau pulang?" tanyanya. Ini sebuah pertanyaan penting aku harus memikirkan jawabannya terlebih dahulu. Aku harus menjawab jujur, tapi aku tidak mau membuatnya marah. "Keluar sekarang!" dia akhirnya membentakku. Aku belum sempat menjawab apapun. Tapi kalau tidak segera melakukannya mungkin dia akan membentakku lagi, aku putuskan untuk pulang.

"Aku tidak mau kegiatan kita terganggu, lebih baik dia pulang saja." dia mengatakannya sesaat sebelum aku keluar dari kelas. Mungkin ditujukan pada murid lain. Mungkin dia sengaja agar aku mendengarnya, tapi itu bukan urusanku, aku tidak perlu peduli. Itu tidak membuatku pergi dari dunia ini.

Aku pulang dengan jalan kaki, melewati gang-gang sepi, tak banyak orang melewatinya, mungkin karena ini masih saat-saat mereka untuk melakukan hal-hal yang aku tak peduli. Diatas jembatan aku bertemu seorang gadis, mungkin dia seorang cosplay. Ia memakai baju seperti... orang gila dan ia membawa sebuah pisau. Tapi itu bukan urusanku.

"Apa kau mau mati?"

Ia menodongkan pisaunya kearahku, ini pertanyaan yang penting. Apa ia hanya orang iseng? Tapi aku harus memikirkannya sehingga aku tidak menyesal akan jawabannku. Tapi mungkinkah dia hanya bercanda, atau orang gila. Haruskah aku lari? Sebelum aku menjawabnya, ia mulai mengatakan sesuatu.

"Maafkan aku, tapi apapun jawabanmu kau akan mati.

"Maafkan aku, tapi ini juga salahmu kenapa kau kemari.

"Maafkan aku, tapi aku harus melakukannya walau apapun yang terjadi.

"Maafkan aku, tapi kau orang pertama yang kulihat jadi...

"Maafkan aku, aku harus memberitahukannya terlebih dahulu.

"Maafkan aku, tapi begitu aturannya.

"Maafkan aku, tapi aku harus membunuhmu!"

Setelah mengatakannya, tanpa bisa berkutik ia menusukku, Aku tidak bisa menghindarinya. Apakah aku akan mati? Apakah hidupku berakhir disini? Ia menusukku bertubi-tubi. Darahku keluar tak beraturan. Mataku berkunang-kunang. Langitpun mulai berwarna merah.

- Copyright © Ztea Miracle - Hatsune Miku - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -